Kamis, 16 Oktober 2014

Tugas 1


Nama : Septa Skundarian
NPM : 26212921
Kelas : 3EB12

I. Penalaran Induktif dan Deduktif

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. 
           Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis  (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

A. Penalaran Induktif

Pengertian :

Menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 : 14) istilah penalaran mengandung tiga pengertian, diantaranya :
1. Cara (hal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berpikir logis.
2. Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
3. Proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
Sedangkan menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus.
Lalu menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007 :15) penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan.
Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus.

Contoh :

            Ani merupakan siswa SMA. Setiap hari ia rajin datang ke sekolah untuk belajar. Semua tugas yang diberikan guru ia kerjakan dengan benar. Bukan hanya itu saja, setelah pulang dari sekolah ia mengulang pelajarannya kembali sampai ia bisa menguasai pelajaran tersebut. Maka, tidak heran Ani mendapat juara 1 di kelasnya.

Ide pokok : Ani mendapat juara  di kelasnya. 
 
Hal yang Berkaitan dengan  Induktif

Aspek dari penalaran induktif adalah analogi dan generalisasi. Menurut Jacob (dalam Shofiah, 2007 :15), hal ini berdasarkan bahwa penalaran induktif terbagi menjadi dua macam, yaitu generalisasi dan analogi.
1.    Analogi adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
2.    Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan, generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.

Macam – macam generalisasi :

1.    Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum diselidiki.

2. Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diselidiki.

B. Penalaran Deduktif

Pengertian :

Menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14) Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang bersifat umum.
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan   (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.

Contoh :

Jarang ada pasar tradisional yang menyediakan layanan kesehatan seperti pasar Songgolangit Ponorogo. Dinamakan pos kesehatan pasar alias poskespas karena ditujukan melayani pedagang dan pembeli. Tingkat kunjungan pasien mencapai 20 orang perhari kendati letak poskespas itu terpencil di dekat area parkir. “Letakya nyelempit, kalau orang baru pasti bingung mencari, ungkap karmini, salah seorang pedagang yang menjadi pasien setia poskespas Pasar Songgolangit.

Ide pokok : Jarang ada pasar tradisional yang menyediakan layanan kesehatan seperti pasar Songgolangit Ponorogo.

Hal yang Berkaitan dengan Deduktif

Macam-macam penalaran deduktif diantaranya : 

1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. 

2. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.

II. Karangan Ilmiah, Non Ilmiah, dan Metode Ilmiah

A. Karangan Ilmiah
 
Pengertian Karangan Ilmiah
 
       Ada beberapa definisi tentang karya atau karangan ilmiah. Salah satu diantaranya adalah yang dikemukan oleh Brotowidjoyo (195:8-9), “Karya Ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodelogi penulisan yang baik dan benar”. Sementara menurut Eko Susilo, M. (1995:11), karangan ilmiah adalah suatu karangan atau tulisan yang diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmuannya.
      Sementara itu, menurut Wikipedia bahasa Indonesia, karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
       
Ciri-Ciri Karangan Ilmiah

a.    Menyajikan fakta objektif secara sistematis.  
b.    Pernyataan cermat, tepat, tulus, dan benar, serta tidak memuat terkaan.
c.    Penulisnya tidak mengejar kuntungan pribadi.
d.    Penyusunannya dilaksanakan secara sistematis, konseptual dan procedural.
e.    Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta.
f.    Tidak emotif menonjolkan perasaan.
g.    Tidak bersifat argumentatif, tetapi kesimpulannya terbentuk atas dasar fakta..

Macam-Macam Karangan Ilmiah
 
1. Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berfikir deduktif atau induktif. Makalah disusun biasanya untuk memenuhi tugas-tugas ujian mata kuliah tertentu atau untuk memberikan saran pemecahan tentang suatu masalah secara ilmiah. Makalah menggunakan bahasa yang lugas dan tegas. Jika dilihat dari bentuknya, makalah adalah bentuk karangan ilmiah yang paling sederhana.
2. Kertas kerja, seperti haknya makalah, kertas kerja juga merupakan karangan ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris dan objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam di bandingkan analisis dalam makalah. Kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam suatu seminar atau lokakarya. Jadi, tujuan utanmanya adalah untuk dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah.
3. Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung (observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan). Biasanya skripsi ditulis untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana.
4. Tesis, adalah karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. Tesis akan mengungkapkan pengetahuan bari yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya tulis ini akan memperbincangkan pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih. Dengan kata lain, tesis adalah karya tulis yang membahas suatu pernyataan atau teori yang didukung oleh sejumlah argument yang dapat dipertanggungjawabkan. Tesis biasanya ditulis untuk melengkapi ujian sarjana strata dua (magister).
5. Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji suatu pendidikan tinggi. Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Intinya disertasi adalah karya ilmiah yang mengemukakan satu atau beberapa dalil disertai pembuktian berdasarkan data dan fakta yang diamatinya. Disertasi merupakan karya ilmiah untuk memperoleh gelar doktor.  

Contoh :

KARYA ILMIAH

KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI SEKITAR KITA


DISUSUN OLEH :
NAMA : TUKUL ARWANA
KELAS : IX. Z

SMP AVATAR JAKARTA BARAT
TP. 2012/2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Karya Ilmiah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI SEKITAR KITA”
Karya Ilmiah ini berisikan tentang informasi Pengertian Kebersihan Lingkungan Di Sekitar Kita atau yang lebih khususnya membahas penerapan kebersihan lingkungan di sekitar kita. Diharapkan Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang kebersihan lingkungan di sekitar kita. 
Saya menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Karya Ilmiah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Karya Ilmiah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jakarta Barat, 1 April 2013


Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
DAFTAR ISI …………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………………………………
B. Perumusan Masalah ………………………………………
C. Tujuan Penelitian …………………………………………
D. Metode dan Teknik Penelitian ……………………………
E. Sistematika Penulisan …………………………………….

BAB II PEMBAHASAN
A. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan  ……………………………………………….
B. Cara Menjaga Kebersihan Lingkungan …………………..

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
Kebersihan lingkungan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di dalamnya, debu, sampah, dan bau. Di Indonesia, masalah kebersihan lingkungan selalu menjadi perdebatan dan masalah yang berkembang. Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan lingkungan setiap tahunnya terus meningkat.
Problem tentang kebersihan lingkungan yang tidak kondusif dikarenakan masyarakat selalu tidak sadar akan hal kebersihan lingkungan. Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dirawat dengan baik. Akibatnya masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus, penyakit pernafasan dan penyakit lain yang disebabkan air dan udara sering menyerang golongan keluarga ekonomi lemah. Berbagai upaya pengembangan kesehatan anak secara umum pun menjadi terhambat.

B.   Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah, yaitu: 
1.    Bagaimana kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan?
2.    Bagaimana cara menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kita?
C.   Tujuan Penelitian
1.    Supaya kebersihan lingkungan di sekitar kita tetap terjaga.
2.    Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan.
D.   Metode dan Teknik Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, penulis menggunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Teknik Pengamatan Langsung, Pada teknik ini penulis terjun langsung meneliti ke lapangan untuk mengetahui bagaimana kebersihan lingkungan dan bagaimana peranan pelajar terhadap masalah kebersihan lingkungan.
2.    Teknik Wawancara, Tujuan dari teknik wawancara ini adalah agar diperoleh gambaran yang lebih mengenai kasus yang dibahas. Responden meliputi para pelajar, para pengajar, masyarakat sekitar, dan ahli kebersihan lingkungan hidup sebagai sumber informasi mengenai studi kasus masalah kebersihan lingkungan.
3.    Studi Pustaka, Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan penulisan karya ilmiah serta yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup dan perilaku rem aja.
E.   Sistematika Penulisan
Pada karya ilmiah ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian di lapangan dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta sistematika penulisan. Bab selanjutnya, penulis melakukan penelitian lapangan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.   Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan
Kebersihan sebuah cerminan bagi setiap individu dalam menjaga kesehatan yang begitu penting dalam kehidupan sehari-hari.  Dan seperti yang kita ketahui bahwa kebersihan merupakan suatu keadaan yang bebas dari segala kotoran, penyakit, dan lain lain, yang dapat merugikan segala aspek  yang menyangkut setiap kegiatan dan perilaku lingkungan masyarakat. Dan sebagaimana di ketahui bahwa kehidupan manusia sendiri tidak bisa dipisahkan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Maka sebagai individu harusnya segala aspek  yang ada dalam masyarakat harus dapat menjaga kebersihan lingkungan. Karena tanpa lingkungan yang bersih setiap individu maupun masyarakat akan menderita sebab sebuah faktor yang merugikan seperti kesehatan. Kesehatan itu begitu mahal harganya. Sehingga semuanya harus di olah dengan baik . Lingkungan yang kotor berarti penganggu kesehatan yang juga berarti membuat bibit penyakit. Namun segala sesuatu ada kata perubahan hanya saja dalam segala persoalan-persoalan, semua ini tidak dapat dijalankan tanpa sebuah kesadaran dari setiap individu masyarakat maupun kelompok masyarakat untuk menjaga kebersihan, Maka Kebersihan itu tidak akan berguna dan menimbulkan banyak kerugian. Sebagaimana kita ketahui bahwa pandangan masyarakat tentang sadar lingkungan sangatlah minim/kurang.

B.   Cara Menjaga Kebersihan Lingkungan
Berikut Tips dan trik menjaga kebersihan lingkungan:
·         Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.
·         Selalu Libatkan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
·         Sertkan para pemuda untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan.
·         Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda;
·         Pekerjakan petugas kebersihan lingkungan dengan memberi imbalan yang sesuai setiap bulannya.
·         Sosialisakan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga menjadi sampah organik dan non organik.
·         Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat dimanfaatkan kembali untuk pupuk;
·         Kreatif, Dengan membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan memanfaatkan sampah.
·         Atur jadwal untuk kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.


BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Dari hal tersebut kita dapat mengambil kesimpulan bahwa masyarakat masih belum peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya. Kebanyakan dari mereka berfikir secara parsial dan hanya ingin menguntungkan diri sendiri, seperti masalah pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya,  pembungan limbah pabrik, polusi udara, pencemaran air, dan lain-lain. Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan setiap tahunnya selalu meningkat. Dan mengakibtakan keadaan yang merugikan kota medan contohnya : banjir yang baru-baru ini terjadi karena banyaknya sampah yang menumpuk di parit-parit rumah dan kanal air. Dengan sebuah perumpaan yang dapat di bandingkan dengan teknologi maka dapat di perhatikan bahwa secanggih-canggihnya teknologi tanpa didasari dengan kebersihan maka, teknologi itu akan hancur. Jadi, dari hal tersebutlah kita harus menyadari kebersihan itu penting. Marilah kita menjaga kebersihan secara bersama-sama.

B.   Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis kebersihan lingkungan disekitar kita ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi materi, isi materi, cara penulisan karya tulis ini, untuk itu penulis meminta saran dari pembaca semua untuk bisa makalah ini bisa lebih sempurna lagi untuk penulisan berikutnya. Atas perhatian pembaca penulis ucapkan terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.co.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebersihan

B. Karangan Non Ilmiah

Pengertian Karangan Non Ilmiah 

      Karya non ilmiah sangat bervariasi topic dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi, umumnya bersifat subyektif, gaya bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan popular.

Karya non ilmiah bersifat :

a. Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
b. Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
c. Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
d. Kritik tanpa dukungan bukti.

Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Sikap ingin tahu : Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
b. Sikap kritis : Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
c. Sikap terbuka : Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
d. Sikap objektif : Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
e. Sikap rela menghargai karya orang lain : Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
f. Sikap berani mempertahankan kebenaran : Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
g. Sikap menjangkau ke depan : Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.
Contoh : Novel, drama, dongeng, dan cerpen.

Kisah Putri Malu dan Cermin Ajaib

Dikisahkan hiduplah seorang gadis yang tinggal sendiri di sebuah rumah yang tidak jauh dari ladang gandum di sebuah negeri yang sangat subur. Gadis itu sangat buruk rupa dan cacat pada bagian wajahnya , sayangnya ia terlalu malu untuk bergaul dan keluar rumah dan bermain dengan teman-teman sebayanya sehingga ia di juluki dengan "putri malu". Yuk kita lanjutkan baca dongeng sebelum tidurini.

Putri malu walau wajahnya sangat buruk namun hatinya sangat baik, ia sering menolong orang yang kesusahan dengan membantu apa yang ia bisa lakukan, ia tidak menghiraukan wajahnya yang buruk namun ia berhati mulia dan sebenarnya banyak orang yang suka dengan kebaikan hatinya.

Kini putri malu hidupnya sehari hanya tinggal di dalam rumah kayu dan jarang sekalu keluar rumah. Pada suatu malam bulan purnama, si putri malu memberanikan diri untuk keluar, karena yakin tidak ada orang yang bisa melihat rupanya dengan jelas seperti pada siang hari.

Kemudian ia duduk dibawah pohon yang rindang sambil memandangi langit yang bersih dan terang serta bertaburan bintang seraya berkata, "Hai bintang di langit, ijinkan aku untuk meminta sesuatu kepadamu, bisakah aku menjadi cantik seperti kebanyak gadis yang lain?". Sambil berlinang air mata, putri malu menatap langit biru nan terang malam itu.

Kemudian setelah larut malam, putri malu kembali masuk kedalam rumah, baru sampai depan pintu, tiba-tiba ia merakan menginjak sebuah benda. "Hey, benda apa ini?", kemudian ia memungut benda tersebut dan ternyata adalah sebuah cermin.

Ia heran kenapa cermin ini ada di luar rumah dan tidak biasanya ia melihat cermin sebesar wajahnya berada di luar kamarnya. Kemudian ia masuk kamar dan sebelum tidur ia mencermati wajahnya di cermin baru yang ia temukan di depan pintu rumahnya.

"Wahai cermin, bisakah kau merubah wajahku menjadi sangat cantik sebelum aku tidur malam ini?", tiba-tiba dari balik cermin muncul seorang peri yang tersenyum melihat wajah putri malu yang bertanya kepada cermin.

"Tuan putri, sebenarnya kau sudah cantik dari dalam batinmu, kau sering menolong orang yang sedang kesusahan walau dirimu sedang dalam kesusahan, ketahuilah engkau seperti tuan putri yang sedang dalam ujian, namun akhirnya kau telah berhasil melawan karma mu karena kau telah berbaik hati kepada sesama". peri yang ada di dalam cermin berkata sambil tersenyum kepada putri malu.

Akhirnya karena kesabaran serta hati yang baik, putri malu berubah menjadi cantik kembali dan kini putri malu tinggal bersama pangeran yang datang meminangnya sebagai putri kerajaan yang berwajah cantik dan baik hatinya.
 

C. Metode Ilmiah 

Pengertian Metode Ilmiah 
 
    Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.

Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis

Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.

Metode ilmiah didasarkan pada data empiris

Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.

Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol

Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah

Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
  1. Merumuskan masalah.
  2. Merumuskan hipotesis.
  3. Mengumpulkan data.
  4. Menguji hipotesis.
  5. Merumuskan kesimpulan.

Merumuskan Masalah

Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Mengumpulkan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

Menguji Hipotesis

Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.

Merumuskan Kesimpulan

Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.
Contoh :
METODE PENELITIAN

3.1  Rancangan Penelitian
Fenomenologi merupakan suatu tatanan berpikir secara filosofi terhadap obyek yang diteliti (Endraswara, 2003:38). Dalam penelitian sastra, fenomenologi tidak mendorong kertelibatan subyektif murni, melainkan ada upaya memasuki teks sastra sesuai kesadaran peneliti. Otoritas peneliti sebagai pemberi makna memiliki peranan penting dalam pelaksanaan penelitian. Hal ini yang kemudian menghendaki pengungkapan sebuah gejala didasarkan pada penjelasan dan pengertian gejala tersebut. Penangkapan gejala dalam penelitian ini berusaha mengungkap pengertian objek sastra yang didasarkan pada kajian bahasa, yang meliputi kajian makna dari fenomena yang diamati, kemudian dipilah, disaring, dan ditemukan gambaran pengertian murni. Sesuai dengan fenomenologi sastra khususnya aliran Jenewa, penelitian ini menyikapi sastra sebagai gejala yang memiliki realitas objektif. Peneliti sebagai pembaca berusaha melukiskan fenomena melalui konkretisasi dalam kaitannya dengan pemahaman karya sastra yang bertumpu pada karya sastra itu sendiri. Pemahaman demikian perlu dilakukan, karena fenomenologi sastra pada dasarnya berupaya menyikapi teks sastra sebagai hasil olahan pencipta.  
Berdasarkan landasan pemikiran dengan dasar filosofi dalam fenomenologi sastra maka peneliti menyusun rancangan penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif dalam bentuk kualitatif. Menurut Moleong (2007:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain; secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan fenomena sosial yang terdapat dalam subjek penelitian ini, yang membahas mengenai pengalaman pribadi individu dalam lingkungan sosial yang tercermin dalam suatu karya sastra yakni puisi. Subjek penelitian ini adalah puisi populer karya pendengar Radio Primadona Pontianak, dan unsur-unsur pada struktur puisi seperti bunyi, irama, dan kata merupakan objek analisis penelitian yang akan dibahas pada bagian hasil penelitian dan pembahasan.

3.2  Pendekatan Penelitian               
            Karya sastra khususnya puisi merupakan sebuah sistem tanda yang mempunyai konvensi-konvensi sendiri. Menurut Pradopo (2003:122) dalam menganalisis karya sastra, peneliti harus menganalisis sistem tanda itu dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda-tanda dalam karya sastra itu mempunyai makna. Jadi, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semiotik. Teori semiotika yang digunakan peneliti sebagai acuan dalam menganalisis data yang berkenaan dengan unsur-unsur dalam struktur sebuah puisi yakni teori semiotik I.A. Richard yang menggunakan teori trikotomi yang dikembangkan dari teori Saussure dan teori Barthes.
            Dalam teori Saussure, semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda dilihat dari bentuk/ wujud fisik yang dapat dikenal melalui bentuk luarnya, sedangkan petanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi atau nilai-nilai yang terkandung dalam bentuk fisiknya. Eksistensi Saussure adalah relasi antara penanda dan pertanda berdasarkan konvensi, yang biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika siginifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial dibutuhkan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Semiotika Barthes dikemukakan oleh Roland Barthes, dalam teorinya Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti.
            Kemudian berdasarkan kedua teori di atas, I.A Richard mengemukakan teori semiotika trikotomi dengan mengembangkan teori Saussure dan teori Barthes yang di dalamnya terdapat hubungan petanda (signified) dengan penanda (signifier), dan selanjutnya penanda dibagi menjadi dua yaitu peranti (Actual Function/ Object Properties) dan penanda (signifier) itu sendiri. Petanda merupakan konotasi dari penanda, sedangkan peranti merupakan denotasi dari penanda. Pada teori ini petanda merupakan makna, konsep, gagasan, sedangkan penanda merupakan gambaran yang menjelaskan peranti, penjelasan fisik objek benda, dan kondisi objek/ benda.
            Menurut Riffatterre (Pradopo, 2003:134-135) untuk memberi makna sajak secara semiotik, dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya, sedangkan pembacaan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan konvensi sastranya. Langkah kerja yang dilakukan peneliti untuk menganalisis data berupa unsur-unsur pada struktur puisi populer karya pendengar Radio primadona Pontianak ini dengan memperhatikan sistem penandaan terdapat pada teks, yaitu: 1) memahami tanda sesuai dengan arti yang disampaikan (denotasi), 2) mengartikan tanda secara konotasi atau sesuai dengan konteks kalimat di dalamnya, dan 3) memaknai tanda dengan melakukan pembacaan semiotik untuk mengiterpretasi tanda-tanda dalam struktur puisi.

3.3  Sumber Data dan Data
3.3.1        Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah puisi-puisi karya pendengar radio yang disiarkan dalam program siaran “Puisi dan Sastra” di Radio Primadona Pontianak edisi bulan Februari tahun 2008. Puisi-puisi yang menjadi sumber merupakan puisi-puisi yang terdokumentasi dalam bentuk surat kiriman pendengar Radio Primadona Pontianak untuk acara “Puisi dan Sastra”, khususnya penyiaran edisi 14 Februari 2008, yang bertepatan dengan perayaan hari Valentine atau biasa disebut hari kasih sayang. Oleh karena itu didapat 10 puisi sebagai berikut: 1) Berharap Kau Kembali, 2) Cinta, 3) Cintailah Aku, 4) Ibuku, Duniaku, 5) Malamku, 6) Penjaga Hati, 7) Realita Cinta Sejati, 8) Rindu, 9) Sepi, dan 10) Teringat Dirimu.
3.3.2        Data
Sebagai data dalam penelitian ini adalah yang berhubungan dengan bunyi-bunyi, kata dan irama yang terdapat pada puisi-puisi populer karya pendengar radio yang disiarkan dalam program acara “Puisi dan Sastra” di Radio Primadona Pontianak edisi bulan Februari tahun 2008. Data yang diambil berkaitan dengan struktur puisi.

3.4  Teknik dan Alat Pengumpul Data
3.4.1        Teknik Pengumpul Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah teknik tidak langsung, artinya peneliti mengumpulkan data melalui catatan-catatan pribadi atau hasil karya seseorang, teknik ini disebut juga sebagai studi dokumenter. Teknik ini digunakan karena peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan dokumen, yaitu puisi-puisi populer karya pendengar radio yang disiarkan dalam program acara “Puisi dan Sastra” di Radio Primadona Pontianak edisi bulan Februari tahun 2008. Agar data yang dikumpulkan lebih representatif maka pengumpulan data dilakukan atas pertimbangan bahwa puisi-puisi yang akan dianalisis diambil dari dokumentasi puisi-puisi yang dikirim melalui surat, dan dibacakan pada penyiaran program acara “Puisi dan Sastra” pada bulan Februari tahun 2008. Hal ini dikarenakan beberapa hal sebagai berikut: 1) puisi-puisi yang dikirim melalui sms (short message service) dan e-mail (electronic mail) sifatnya bersifat sementara karena dapat dihapus dari sistem penyimpanan dokumen pada sistem komputer Radio Primadona setelah usai acara tersebut disiarkan setiap minggunya, 2) puisi-puisi bulan Februari memiliki ciri khas yakni cenderung mengemukakan tema-tema cinta dan kasih sayang karena lekat dengan suasana perayaan hari Valentine atau hari kasih sayang, dan 3) tema-tema kasih sayang yang ditampilkan oleh puisi-puisi tersebut tentunya dapat menyentuh semua kalangan terutama remaja yang menjadi sebagian besar pendengar Radio Primadona Pontianak.
3.4.2        Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci. Peneliti sebagai perencana, pelaksana pengumpul data, analisis data, dan pada akhirnya menjadi pelapor dari hasil penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Peneliti (manusia) sebagai intrumen utama dalam pengumpulan data, sebab sifatnya yang responsif dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, menekankan keutuhan dalam mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya pada situasi yang dipelajarinya, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, berupaya memroses data secepatnya, dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisar pada saat terjadi perubahan situasi, dan memiliki kemampuan dalam memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan idiosinkratik. 
Alat lain yang digunakan untuk mengumpulkan data yakni kartu pencatat. Kartu pencatat digunakan untuk mempermudah kerja peneliti untuk mendata bunyi dan kata yang terdapat dalam tiap larik puisi. Data-data yang dihimpun berupa dokumentasi puisi-puisi karya pendengar radio di Radio Primadona Pontianak. Data-data tersebut diperoleh dari puisi-puisi yang dikirim melalui surat oleh pendengar untuk disiarkan dalam program acara “Puisi dan Sastra” di Radio Primadona Pontianak edisi bulan Februari tahun 2008.

3.5  Pengujian Keabsahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan akan melalui proses pengujian keabsahan data tersebut. Peneliti menggunakan beberapa teknik dalam menguji keabsahan data-data tersebut, yaitu dengan ketekunan pengamatan, dan triangulasi.
3.5.1        Ketekunan Pengamatan
Ketekunan atau keajegan pengamatan dalam pengujian keabsahan data dilakukan dengan mencari secara konsisten penelaahan dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan bertujuan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Keseluruhan data yang telah dikumpulkan akan diamati secara seksama dan kemudian diidentifikasi sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
3.5.2        Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang akan dilakukan yakni dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya secara teoritik seperti dosen pembimbing (Dr. Christanto Syam dan Dra. Sesilia Seli, M.Pd), dan melalui praktisi seperti penyair, pengajar bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, dan penyiar yang membawakan acara bermuatan sastra (puisi). Hal ini dilakukan untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi terjadinya penyimpangan dalam pengumpulan data, sehingga keabsahan data lebih bersifat objektif.
3.5.3        Diskusi Teman Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atu hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Rekan sejawat yang dipilih peneliti untuk mengkonfirmasi hasil analisis peneliti ini adalah rekan sesama mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia (Abang Mohd. Firman, Utin Mutia, dan Nuryani). Hasil analisis yang telah diperoleh peneliti selanjutnya dikonfirmasi oleh para rekan sejawat ini khusus mengenai irama pada puisi populer.

3.6  Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses menganalisis data berupa puisi-puisi karya pendengar Radio Primadona Pontianak edisi Februari tahun 2008, sebagai berikut:
1)      Menganalisis bunyi pada puisi populer karya pendengar Radio Primadona Pontianak edisi bulan Februari tahun 2008 dengan mengidentifikasi macam-macam bunyi yang terdapat di dalamnya untuk mengetahui makna puisi tersebut adalah sebagai berikut:
a.       bunyi-bunyi vokal, dan
b.      bunyi-bunyi konsonan;
2)      Menganalisis kata pada teks puisi populer karya pendengar Radio Primadona Pontianak edisi bulan Februari tahun 2008 dengan mengidentifikasi kata-kata tersebut dilihat dari pemilihan kata, denotatif dan konotatifnya, citraan, maupun bahasa kiasan yang digunakan, dalam upaya memperjelas makna yang meliputi tema, perasaan, dan sikap pada puisi.
3)      Menganalisis irama pada puisi berarti memerhatikan pertentangan bunyi atau perulangan yang terdapat pada tiap kata-kata dalam teks puisi. Pertentangan bunyi ini meliputi: nada (tinggi-rendah), tekanan (keras-lunak), tempo (cepat-lambat), yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. Untuk mengetahui pertentangan bunyi seperti ini pada sebuah teks puisi yang membentuk suatu irama perlu dilakukan cara sebagai berikut:
a.       tekanan pada kata dalam larik puisi ditandai dengan warna merah dan tekanan keras diberi tanda (-), sedangkan tekanan lembut diberi tanda (^),
b.      nada pada kata dalam larik puisi ditandai dengan warna biru dan nada tinggi diberi tanda (-), sedangkan nada rendah diberi tanda (^), dan
c.       tempo pada kata dalam larik puisi ditandai dengan warna hitam dan tempo cepat diberi tanda (-), sedangkan tempo lambat diberi tanda (^);
4)      Setelah puisi dianalisis berdasarkan bunyi, kata, dan irama, kemudian untuk menguji keabsahan data, peneliti melakukan triangulasi, yakni dengan mendiskusikan hasil analisis kepada dosen pembimbing, sehingga hasil analisis data yang dicapai lebih objektif; dan
5)      Pada akhirnya peneliti menyimpulkan hasil analisis data sesuai dengan masalah dalam penelitian ini.
Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar