Nama : Septa
Skundarian
NPM :
26212921
Kelas :
3EB12
I. Penalaran
Induktif dan Deduktif
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan
hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
A. Penalaran Induktif
Pengertian :
Menurut Tim
Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 : 14) istilah penalaran mengandung tiga
pengertian, diantaranya :
1. Cara
(hal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berpikir logis.
2. Hal
mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan
atau pengalaman.
3. Proses
mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau
prinsip.
Sedangkan menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah,
2007 : 14) penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum
dari kasus-kasus yang bersifat khusus.
Lalu menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007 :15)
penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan
kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus.
Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan.
Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus.
Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus.
Contoh :
Ani merupakan siswa SMA. Setiap hari ia rajin datang ke sekolah
untuk belajar. Semua tugas yang diberikan guru ia kerjakan dengan benar. Bukan hanya
itu saja, setelah pulang dari sekolah ia mengulang pelajarannya kembali sampai
ia bisa menguasai pelajaran tersebut. Maka,
tidak heran Ani mendapat juara 1 di kelasnya.
Ide pokok : Ani mendapat
juara di kelasnya.
Hal yang Berkaitan dengan Induktif
Aspek dari penalaran induktif adalah analogi dan
generalisasi. Menurut Jacob (dalam Shofiah, 2007 :15), hal ini berdasarkan
bahwa penalaran induktif terbagi menjadi dua macam, yaitu generalisasi dan
analogi.
1. Analogi adalah proses penyimpulan
berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat juga dikatakan sebagai
proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkan kesamaannya,
kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.
2. Generalisasi adalah pernyataan yang
berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang diminati generalisasi
mencakup ciri – ciri esensial, bukan rincian. Dalam pengembangan karangan,
generalisasi dibuktikan dengan fakta, contoh, data statistik, dan lain-lain.
Macam – macam generalisasi :
1.
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang
menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini memberikan
kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja yang belum
diselidiki.
2. Generalisasi
tidak sempurana
Adalah generalisasi berdasarkan sebagian fenomena
untuk mendapatkan kesimpulan yang berlaku bagi fenomena sejenis yang belum
diselidiki.
B. Penalaran Deduktif
Pengertian :
Menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14)
Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang
bersifat umum.
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk
manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan
atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi.
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal
umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses
pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau
hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia
konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media
hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan
penanda status social.
Contoh :
Jarang ada pasar tradisional yang menyediakan layanan kesehatan seperti
pasar Songgolangit Ponorogo. Dinamakan pos kesehatan pasar alias poskespas karena ditujukan melayani
pedagang dan pembeli. Tingkat kunjungan pasien mencapai 20 orang perhari
kendati letak poskespas itu terpencil di dekat area parkir. “Letakya nyelempit, kalau orang baru pasti bingung mencari, ungkap karmini, salah seorang
pedagang yang menjadi pasien setia poskespas Pasar Songgolangit.
Ide pokok : Jarang ada pasar tradisional yang menyediakan layanan kesehatan seperti
pasar Songgolangit Ponorogo.
Hal yang Berkaitan dengan Deduktif
Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah
konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3
buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
2. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan
dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan
karena sudah sama-sama diketahui.
II. Karangan Ilmiah, Non Ilmiah, dan Metode Ilmiah
A. Karangan
Ilmiah
Pengertian
Karangan Ilmiah
Ada beberapa definisi tentang karya atau karangan ilmiah. Salah satu
diantaranya adalah yang dikemukan oleh Brotowidjoyo (195:8-9), “Karya Ilmiah
adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut
metodelogi penulisan yang baik dan benar”. Sementara menurut Eko Susilo, M.
(1995:11), karangan ilmiah adalah suatu karangan atau tulisan yang diperoleh
sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan,
penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan
sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmuannya.
Sementara itu,
menurut Wikipedia bahasa Indonesia, karya ilmiah (scientific paper) adalah
laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau
pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi
kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ciri-Ciri Karangan Ilmiah
Ciri-Ciri Karangan Ilmiah
a. Menyajikan fakta
objektif secara sistematis.
b. Pernyataan cermat,
tepat, tulus, dan benar, serta tidak memuat terkaan.
c. Penulisnya tidak
mengejar kuntungan pribadi.
d. Penyusunannya
dilaksanakan secara sistematis, konseptual dan procedural.
e. Tidak memuat pandangan-pandangan
tanpa dukungan fakta.
f. Tidak emotif menonjolkan
perasaan.
g. Tidak bersifat
argumentatif, tetapi kesimpulannya terbentuk atas dasar fakta..
Macam-Macam Karangan Ilmiah
1. Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah
yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif.
Makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berfikir deduktif atau
induktif. Makalah disusun biasanya untuk memenuhi tugas-tugas ujian mata kuliah
tertentu atau untuk memberikan saran pemecahan tentang suatu masalah secara
ilmiah. Makalah menggunakan bahasa yang lugas dan tegas. Jika dilihat dari
bentuknya, makalah adalah bentuk karangan ilmiah yang paling sederhana.
2. Kertas kerja,
seperti haknya makalah, kertas kerja juga merupakan karangan ilmiah yang
menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris dan
objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam di bandingkan analisis
dalam makalah. Kertas kerja ditulis untuk disajikan dalam suatu seminar atau
lokakarya. Jadi, tujuan utanmanya adalah untuk dipresentasikan dalam pertemuan
ilmiah.
3. Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat
penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh
data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung
(observasi lapangan) maupun penelitian tidak langsung (studi kepustakaan).
Biasanya skripsi ditulis untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana.
4. Tesis, adalah
karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi. Tesis akan
mengungkapkan pengetahuan bari yang diperoleh dari penelitian sendiri. Karya
tulis ini akan memperbincangkan pengujian terhadap satu hipotesis atau lebih.
Dengan kata lain, tesis adalah karya tulis yang membahas suatu pernyataan atau
teori yang didukung oleh sejumlah argument yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tesis biasanya ditulis untuk melengkapi ujian sarjana strata dua (magister).
5. Disertasi, adalah
karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh
penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis yang terinci.
Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari
sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji suatu pendidikan tinggi.
Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal.
Intinya disertasi adalah karya ilmiah yang mengemukakan satu atau beberapa
dalil disertai pembuktian berdasarkan data dan fakta yang diamatinya. Disertasi
merupakan karya ilmiah untuk memperoleh gelar doktor.
Contoh :
KARYA ILMIAH
KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI
SEKITAR KITA
DISUSUN OLEH :
NAMA : TUKUL ARWANA
KELAS : IX. Z
SMP AVATAR JAKARTA BARAT
TP. 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya
berhasil menyelesaikan Karya Ilmiah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “KEBERSIHAN LINGKUNGAN DI SEKITAR KITA”
Karya Ilmiah ini berisikan tentang
informasi Pengertian Kebersihan Lingkungan Di Sekitar Kita atau yang lebih
khususnya membahas penerapan kebersihan lingkungan di sekitar kita. Diharapkan
Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang kebersihan
lingkungan di sekitar kita.
Saya menyadari bahwa Karya Ilmiah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Karya Ilmiah
ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Karya Ilmiah ini
dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Amin.
Jakarta Barat, 1 April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
……………………………………………
B. Perumusan Masalah
………………………………………
C. Tujuan Penelitian
…………………………………………
D. Metode dan Teknik
Penelitian ……………………………
E. Sistematika Penulisan
…………………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesadaran masyarakat
dalam menjaga kebersihan lingkungan ……………………………………………….
B. Cara Menjaga Kebersihan
Lingkungan …………………..
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
……………………………………………….
B. Saran
……………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebersihan lingkungan merupakan keadaan
bebas dari kotoran, termasuk di dalamnya, debu, sampah, dan bau. Di Indonesia,
masalah kebersihan lingkungan selalu menjadi perdebatan dan masalah yang
berkembang. Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan lingkungan setiap
tahunnya terus meningkat.
Problem tentang kebersihan lingkungan yang
tidak kondusif dikarenakan masyarakat selalu tidak sadar akan hal kebersihan lingkungan.
Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dirawat dengan baik. Akibatnya
masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus, penyakit pernafasan dan penyakit
lain yang disebabkan air dan udara sering menyerang golongan keluarga ekonomi
lemah. Berbagai upaya pengembangan kesehatan anak secara umum pun menjadi
terhambat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dikemukakan, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya
tulis ilmiah, yaitu:
1. Bagaimana kepedulian
masyarakat terhadap kebersihan lingkungan?
2. Bagaimana cara menjaga
kebersihan lingkungan di sekitar kita?
C. Tujuan Penelitian
1. Supaya kebersihan
lingkungan di sekitar kita tetap terjaga.
2. Meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan.
D. Metode dan Teknik Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan, penulis menggunakan metode observasi dan kepustakaan. Adapun
teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Teknik Pengamatan
Langsung, Pada teknik ini penulis terjun langsung meneliti ke lapangan untuk
mengetahui bagaimana kebersihan lingkungan dan bagaimana peranan pelajar
terhadap masalah kebersihan lingkungan.
2. Teknik Wawancara, Tujuan dari teknik
wawancara ini adalah agar diperoleh gambaran yang lebih mengenai kasus yang
dibahas. Responden meliputi para pelajar, para pengajar, masyarakat sekitar,
dan ahli kebersihan lingkungan hidup sebagai sumber informasi mengenai studi
kasus masalah kebersihan lingkungan.
3. Studi Pustaka, Pada metode ini,
penulis membaca buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan penulisan karya
ilmiah serta yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup dan perilaku rem
aja.
E. Sistematika Penulisan
Pada karya ilmiah ini, penulis akan
menjelaskan hasil penelitian di lapangan dimulai dengan bab pendahuluan. Bab
ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian serta
sistematika penulisan. Bab selanjutnya, penulis melakukan penelitian lapangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan
Kebersihan sebuah cerminan bagi setiap
individu dalam menjaga kesehatan yang begitu penting dalam kehidupan
sehari-hari. Dan seperti yang kita ketahui bahwa kebersihan merupakan
suatu keadaan yang bebas dari segala kotoran, penyakit, dan lain lain, yang dapat
merugikan segala aspek yang menyangkut setiap kegiatan dan perilaku
lingkungan masyarakat. Dan sebagaimana di ketahui bahwa kehidupan manusia
sendiri tidak bisa dipisahkan baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.
Maka sebagai individu harusnya segala aspek yang ada dalam masyarakat
harus dapat menjaga kebersihan lingkungan. Karena tanpa lingkungan yang bersih
setiap individu maupun masyarakat akan menderita sebab sebuah faktor yang
merugikan seperti kesehatan. Kesehatan itu begitu mahal harganya. Sehingga
semuanya harus di olah dengan baik . Lingkungan yang kotor berarti penganggu
kesehatan yang juga berarti membuat bibit penyakit. Namun segala sesuatu ada
kata perubahan hanya saja dalam segala persoalan-persoalan, semua ini tidak
dapat dijalankan tanpa sebuah kesadaran dari setiap individu masyarakat maupun
kelompok masyarakat untuk menjaga kebersihan, Maka Kebersihan itu tidak akan
berguna dan menimbulkan banyak kerugian. Sebagaimana kita ketahui bahwa
pandangan masyarakat tentang sadar lingkungan sangatlah minim/kurang.
B. Cara Menjaga Kebersihan
Lingkungan
Berikut Tips dan trik menjaga kebersihan
lingkungan:
·
Dimulai dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat
bagaimana menjaga kebersihan lingkungan.
·
Selalu Libatkan tokoh masyarakat yang berpengaruh untuk memberikan
pengarahan kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
·
Sertkan para pemuda untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan.
·
Perbanyak tempat sampah di sekitar lingkungan anda;
·
Pekerjakan petugas kebersihan lingkungan dengan memberi imbalan yang sesuai
setiap bulannya.
·
Sosialisakan kepada masyarakat untuk terbiasa memilah sampah rumah tangga
menjadi sampah organik dan non organik.
·
Pelajari teknologi pembuatan kompos dari sampah organik agar dapat
dimanfaatkan kembali untuk pupuk;
·
Kreatif, Dengan membuat souvenir atau kerajinan tangan dengan memanfaatkan
sampah.
·
Atur jadwal untuk kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hal tersebut kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa masyarakat masih belum peduli terhadap kebersihan lingkungan
sekitarnya. Kebanyakan dari mereka berfikir secara parsial dan hanya ingin
menguntungkan diri sendiri, seperti masalah pembuangan sampah yang tidak pada
tempatnya, pembungan limbah pabrik, polusi udara, pencemaran air, dan
lain-lain. Kasus-kasus yang menyangkut masalah kebersihan setiap tahunnya
selalu meningkat. Dan mengakibtakan keadaan yang merugikan kota medan contohnya
: banjir yang baru-baru ini terjadi karena banyaknya sampah yang menumpuk di
parit-parit rumah dan kanal air. Dengan sebuah perumpaan yang dapat di
bandingkan dengan teknologi maka dapat di perhatikan bahwa secanggih-canggihnya
teknologi tanpa didasari dengan kebersihan maka, teknologi itu akan hancur.
Jadi, dari hal tersebutlah kita harus menyadari kebersihan itu penting. Marilah
kita menjaga kebersihan secara bersama-sama.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
karya tulis kebersihan lingkungan disekitar kita ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi materi, isi materi, cara penulisan karya tulis ini,
untuk itu penulis meminta saran dari pembaca semua untuk bisa makalah ini bisa
lebih sempurna lagi untuk penulisan berikutnya. Atas perhatian pembaca penulis
ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebersihan
B. Karangan
Non Ilmiah
Pengertian
Karangan Non Ilmiah
Karya non ilmiah sangat bervariasi topic dan cara penyajiannya, tetapi isinya
tidak didukung fakta umum, ditulis berdasarkan fakta pribadi, umumnya bersifat
subyektif, gaya bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan
popular.
Karya non ilmiah bersifat :
a. Emotif : kemewahan dan cinta lebih
menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
b. Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti.
Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan
cukup informative.
c. Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian
imajinatif dan subjektif.
d. Kritik tanpa dukungan bukti.
Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap
ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Sikap ingin tahu : Sikap ingin tahu ini
terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
bidang kajiannya.
b. Sikap kritis : Sikap kritis ini terlihat
pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang
kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya,
kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
c. Sikap terbuka : Sikap terbuka ini terlihat
pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan
orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan
keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak
sesuai.
d. Sikap objektif : Sikap objektif ini
terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
e. Sikap rela menghargai karya orang lain :
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan
sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang
berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
f. Sikap berani mempertahankan kebenaran :
Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau
pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil
yang ada.
g. Sikap menjangkau ke depan : Sikap ini
dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi
pengembangan bidang ilmunya.
Contoh : Novel, drama,
dongeng, dan cerpen.
Kisah Putri Malu dan Cermin
Ajaib
Dikisahkan hiduplah seorang gadis
yang tinggal sendiri di sebuah rumah yang tidak jauh dari ladang gandum di
sebuah negeri yang sangat subur. Gadis itu sangat buruk rupa dan cacat pada
bagian wajahnya , sayangnya ia terlalu malu untuk bergaul dan keluar rumah dan
bermain dengan teman-teman sebayanya sehingga ia di juluki dengan "putri
malu". Yuk kita lanjutkan baca dongeng sebelum tidurini.
Putri malu walau wajahnya sangat buruk namun hatinya sangat baik, ia sering menolong orang yang kesusahan dengan membantu apa yang ia bisa lakukan, ia tidak menghiraukan wajahnya yang buruk namun ia berhati mulia dan sebenarnya banyak orang yang suka dengan kebaikan hatinya.
Kini putri malu hidupnya sehari hanya tinggal di dalam rumah kayu dan jarang sekalu keluar rumah. Pada suatu malam bulan purnama, si putri malu memberanikan diri untuk keluar, karena yakin tidak ada orang yang bisa melihat rupanya dengan jelas seperti pada siang hari.
Kemudian ia duduk dibawah pohon yang rindang sambil memandangi langit yang bersih dan terang serta bertaburan bintang seraya berkata, "Hai bintang di langit, ijinkan aku untuk meminta sesuatu kepadamu, bisakah aku menjadi cantik seperti kebanyak gadis yang lain?". Sambil berlinang air mata, putri malu menatap langit biru nan terang malam itu.
Kemudian setelah larut malam, putri malu kembali masuk kedalam rumah, baru sampai depan pintu, tiba-tiba ia merakan menginjak sebuah benda. "Hey, benda apa ini?", kemudian ia memungut benda tersebut dan ternyata adalah sebuah cermin.
Ia heran kenapa cermin ini ada di luar rumah dan tidak biasanya ia melihat cermin sebesar wajahnya berada di luar kamarnya. Kemudian ia masuk kamar dan sebelum tidur ia mencermati wajahnya di cermin baru yang ia temukan di depan pintu rumahnya.
"Wahai cermin, bisakah kau merubah wajahku menjadi sangat cantik sebelum aku tidur malam ini?", tiba-tiba dari balik cermin muncul seorang peri yang tersenyum melihat wajah putri malu yang bertanya kepada cermin.
"Tuan putri, sebenarnya kau sudah cantik dari dalam batinmu, kau sering menolong orang yang sedang kesusahan walau dirimu sedang dalam kesusahan, ketahuilah engkau seperti tuan putri yang sedang dalam ujian, namun akhirnya kau telah berhasil melawan karma mu karena kau telah berbaik hati kepada sesama". peri yang ada di dalam cermin berkata sambil tersenyum kepada putri malu.
Akhirnya karena kesabaran serta hati yang baik, putri malu berubah menjadi cantik kembali dan kini putri malu tinggal bersama pangeran yang datang meminangnya sebagai putri kerajaan yang berwajah cantik dan baik hatinya.
Putri malu walau wajahnya sangat buruk namun hatinya sangat baik, ia sering menolong orang yang kesusahan dengan membantu apa yang ia bisa lakukan, ia tidak menghiraukan wajahnya yang buruk namun ia berhati mulia dan sebenarnya banyak orang yang suka dengan kebaikan hatinya.
Kini putri malu hidupnya sehari hanya tinggal di dalam rumah kayu dan jarang sekalu keluar rumah. Pada suatu malam bulan purnama, si putri malu memberanikan diri untuk keluar, karena yakin tidak ada orang yang bisa melihat rupanya dengan jelas seperti pada siang hari.
Kemudian ia duduk dibawah pohon yang rindang sambil memandangi langit yang bersih dan terang serta bertaburan bintang seraya berkata, "Hai bintang di langit, ijinkan aku untuk meminta sesuatu kepadamu, bisakah aku menjadi cantik seperti kebanyak gadis yang lain?". Sambil berlinang air mata, putri malu menatap langit biru nan terang malam itu.
Kemudian setelah larut malam, putri malu kembali masuk kedalam rumah, baru sampai depan pintu, tiba-tiba ia merakan menginjak sebuah benda. "Hey, benda apa ini?", kemudian ia memungut benda tersebut dan ternyata adalah sebuah cermin.
Ia heran kenapa cermin ini ada di luar rumah dan tidak biasanya ia melihat cermin sebesar wajahnya berada di luar kamarnya. Kemudian ia masuk kamar dan sebelum tidur ia mencermati wajahnya di cermin baru yang ia temukan di depan pintu rumahnya.
"Wahai cermin, bisakah kau merubah wajahku menjadi sangat cantik sebelum aku tidur malam ini?", tiba-tiba dari balik cermin muncul seorang peri yang tersenyum melihat wajah putri malu yang bertanya kepada cermin.
"Tuan putri, sebenarnya kau sudah cantik dari dalam batinmu, kau sering menolong orang yang sedang kesusahan walau dirimu sedang dalam kesusahan, ketahuilah engkau seperti tuan putri yang sedang dalam ujian, namun akhirnya kau telah berhasil melawan karma mu karena kau telah berbaik hati kepada sesama". peri yang ada di dalam cermin berkata sambil tersenyum kepada putri malu.
Akhirnya karena kesabaran serta hati yang baik, putri malu berubah menjadi cantik kembali dan kini putri malu tinggal bersama pangeran yang datang meminangnya sebagai putri kerajaan yang berwajah cantik dan baik hatinya.
C. Metode
Ilmiah
Pengertian
Metode Ilmiah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau
pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari
sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan data atau fakta khusus.
Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata.
Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus
dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya.
Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam
metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap,
tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran
akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah,
proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara
sistematis dan berurutan.
Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap
metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa
masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia
datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak
tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah.
Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu
bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat
melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol.
Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan
secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin
membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang
berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan
tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena
metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat
langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap
langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun
langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:
- Merumuskan masalah.
- Merumuskan hipotesis.
- Mengumpulkan data.
- Menguji hipotesis.
- Merumuskan kesimpulan.
Merumuskan Masalah
Berpikir
ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah.
Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan
penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode
ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut,
kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana
mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya
sendiri belum dirumuskan?
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian
berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir
ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat
memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali
pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat
penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan
peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini
dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan.
Mengumpulkan Data
Pengumpulan
data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam
metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang
sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis
yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode
ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya
sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
Menguji Hipotesis
Sudah
disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu
permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan
sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji
hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun
menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian
hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf
signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan
semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini
dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan
suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
Merumuskan Kesimpulan
Langkah
paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan
perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang
telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk
kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis
data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap
cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan
temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan
rumusan masalah yang diajukannya.
Contoh :
METODE
PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Fenomenologi merupakan suatu tatanan
berpikir secara filosofi terhadap obyek yang diteliti (Endraswara, 2003:38).
Dalam penelitian sastra, fenomenologi tidak mendorong kertelibatan subyektif
murni, melainkan ada upaya memasuki teks sastra sesuai kesadaran peneliti.
Otoritas peneliti sebagai pemberi makna memiliki peranan penting dalam
pelaksanaan penelitian. Hal ini yang kemudian menghendaki pengungkapan sebuah
gejala didasarkan pada penjelasan dan pengertian gejala tersebut. Penangkapan
gejala dalam penelitian ini berusaha mengungkap pengertian objek sastra yang
didasarkan pada kajian bahasa, yang meliputi kajian makna dari fenomena yang
diamati, kemudian dipilah, disaring, dan ditemukan gambaran pengertian murni.
Sesuai dengan fenomenologi sastra khususnya aliran Jenewa, penelitian ini
menyikapi sastra sebagai gejala yang memiliki realitas objektif. Peneliti
sebagai pembaca berusaha melukiskan fenomena melalui konkretisasi dalam
kaitannya dengan pemahaman karya sastra yang bertumpu pada karya sastra itu
sendiri. Pemahaman demikian perlu dilakukan, karena fenomenologi sastra pada
dasarnya berupaya menyikapi teks sastra sebagai hasil olahan pencipta.
Berdasarkan landasan pemikiran
dengan dasar filosofi dalam fenomenologi sastra maka peneliti menyusun
rancangan penelitian ini dengan menggunakan metode deskriptif dalam bentuk
kualitatif. Menurut Moleong (2007:6) penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain;
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Penelitian kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan fenomena sosial
yang terdapat dalam subjek penelitian ini, yang membahas mengenai pengalaman
pribadi individu dalam lingkungan sosial yang tercermin dalam suatu karya
sastra yakni puisi. Subjek penelitian ini adalah puisi populer karya pendengar
Radio Primadona Pontianak, dan unsur-unsur pada struktur puisi seperti bunyi,
irama, dan kata merupakan objek analisis penelitian yang akan dibahas pada
bagian hasil penelitian dan pembahasan.
3.2 Pendekatan Penelitian
Karya sastra khususnya puisi merupakan sebuah sistem tanda yang mempunyai
konvensi-konvensi sendiri. Menurut Pradopo (2003:122) dalam menganalisis karya
sastra, peneliti harus menganalisis sistem tanda itu dan menentukan
konvensi-konvensi apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda-tanda
dalam karya sastra itu mempunyai makna. Jadi, pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan semiotik. Teori semiotika yang digunakan
peneliti sebagai acuan dalam menganalisis data yang berkenaan dengan
unsur-unsur dalam struktur sebuah puisi yakni teori semiotik I.A. Richard yang
menggunakan teori trikotomi yang dikembangkan dari teori Saussure dan teori
Barthes.
Dalam teori Saussure, semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu
penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda dilihat dari bentuk/
wujud fisik yang dapat dikenal melalui bentuk luarnya, sedangkan petanda
dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi atau nilai-nilai
yang terkandung dalam bentuk fisiknya. Eksistensi Saussure adalah relasi antara
penanda dan pertanda berdasarkan konvensi, yang biasa disebut dengan
signifikasi. Semiotika siginifikasi adalah sistem tanda yang mempelajari relasi
elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau konvensi tertentu.
Kesepakatan sosial dibutuhkan untuk dapat memaknai tanda tersebut. Semiotika
Barthes dikemukakan oleh Roland Barthes, dalam teorinya Barthes mengembangkan
semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi.
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan
petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti.
Sedangkan konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda
dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak
langsung, dan tidak pasti.
Kemudian berdasarkan kedua teori di atas, I.A Richard mengemukakan teori
semiotika trikotomi dengan mengembangkan teori Saussure dan teori Barthes yang
di dalamnya terdapat hubungan petanda (signified)
dengan penanda (signifier), dan
selanjutnya penanda dibagi menjadi dua yaitu peranti (Actual Function/ Object Properties) dan penanda (signifier) itu sendiri. Petanda
merupakan konotasi dari penanda, sedangkan peranti merupakan denotasi dari
penanda. Pada teori ini petanda merupakan makna, konsep, gagasan, sedangkan
penanda merupakan gambaran yang menjelaskan peranti, penjelasan fisik objek
benda, dan kondisi objek/ benda.
Menurut Riffatterre (Pradopo, 2003:134-135) untuk memberi makna sajak secara
semiotik, dapat dilakukan dengan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik.
Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya, sedangkan
pembacaan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan konvensi
sastranya. Langkah kerja yang dilakukan peneliti untuk menganalisis data berupa
unsur-unsur pada struktur puisi populer karya pendengar Radio primadona
Pontianak ini dengan memperhatikan sistem penandaan terdapat pada teks, yaitu:
1) memahami tanda sesuai dengan arti yang disampaikan (denotasi), 2)
mengartikan tanda secara konotasi atau sesuai dengan konteks kalimat di
dalamnya, dan 3) memaknai tanda dengan melakukan pembacaan semiotik untuk
mengiterpretasi tanda-tanda dalam struktur puisi.
3.3 Sumber Data dan Data
3.3.1
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini
adalah puisi-puisi karya pendengar radio yang disiarkan dalam program siaran
“Puisi dan Sastra” di Radio Primadona Pontianak edisi bulan Februari tahun
2008. Puisi-puisi yang menjadi sumber merupakan puisi-puisi yang terdokumentasi
dalam bentuk surat kiriman pendengar Radio Primadona Pontianak untuk acara
“Puisi dan Sastra”, khususnya penyiaran edisi 14 Februari 2008, yang bertepatan
dengan perayaan hari Valentine atau biasa disebut hari kasih sayang. Oleh
karena itu didapat 10 puisi sebagai berikut: 1) Berharap Kau Kembali, 2) Cinta, 3) Cintailah Aku, 4) Ibuku, Duniaku,
5) Malamku, 6) Penjaga Hati, 7) Realita Cinta Sejati, 8) Rindu, 9) Sepi, dan
10) Teringat Dirimu.
3.3.2
Data
Sebagai data dalam penelitian ini
adalah yang berhubungan dengan bunyi-bunyi, kata dan irama yang terdapat pada
puisi-puisi populer karya pendengar radio yang disiarkan dalam program acara
“Puisi dan Sastra” di Radio Primadona Pontianak edisi bulan Februari tahun
2008. Data yang diambil berkaitan dengan struktur puisi.
3.4 Teknik dan Alat Pengumpul Data
3.4.1
Teknik Pengumpul Data
Teknik yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian adalah teknik tidak langsung, artinya peneliti
mengumpulkan data melalui catatan-catatan pribadi atau hasil karya seseorang,
teknik ini disebut juga sebagai studi dokumenter. Teknik ini digunakan karena
peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan dokumen, yaitu puisi-puisi
populer karya pendengar radio yang disiarkan dalam program acara “Puisi dan
Sastra” di Radio Primadona Pontianak edisi bulan Februari tahun 2008. Agar data
yang dikumpulkan lebih representatif maka pengumpulan data dilakukan atas
pertimbangan bahwa puisi-puisi yang akan dianalisis diambil dari dokumentasi
puisi-puisi yang dikirim melalui surat, dan dibacakan pada penyiaran program
acara “Puisi dan Sastra” pada bulan Februari tahun 2008. Hal ini dikarenakan
beberapa hal sebagai berikut: 1) puisi-puisi yang dikirim melalui sms (short
message service) dan e-mail (electronic mail) sifatnya bersifat
sementara karena dapat dihapus dari sistem penyimpanan dokumen pada sistem
komputer Radio Primadona setelah usai acara tersebut disiarkan setiap
minggunya, 2) puisi-puisi bulan Februari memiliki ciri khas yakni cenderung
mengemukakan tema-tema cinta dan kasih sayang karena lekat dengan suasana
perayaan hari Valentine atau hari kasih sayang, dan 3) tema-tema kasih sayang
yang ditampilkan oleh puisi-puisi tersebut tentunya dapat menyentuh semua
kalangan terutama remaja yang menjadi sebagian besar pendengar Radio Primadona
Pontianak.
3.4.2
Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan
adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci. Peneliti sebagai perencana,
pelaksana pengumpul data, analisis data, dan pada akhirnya menjadi pelapor dari
hasil penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti sendiri atau
dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Peneliti
(manusia) sebagai intrumen utama dalam pengumpulan data, sebab sifatnya yang
responsif dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, menekankan
keutuhan dalam mengembangkan imajinasi dan kreativitasnya pada situasi yang
dipelajarinya, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, berupaya memroses
data secepatnya, dapat memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan
mengikhtisar pada saat terjadi perubahan situasi, dan memiliki kemampuan dalam
memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim dan
idiosinkratik.
Alat lain yang digunakan untuk
mengumpulkan data yakni kartu pencatat. Kartu pencatat digunakan untuk
mempermudah kerja peneliti untuk mendata bunyi dan kata yang terdapat dalam
tiap larik puisi. Data-data yang dihimpun berupa dokumentasi puisi-puisi karya
pendengar radio di Radio Primadona Pontianak. Data-data tersebut diperoleh dari
puisi-puisi yang dikirim melalui surat oleh pendengar untuk disiarkan dalam
program acara “Puisi dan Sastra” di Radio Primadona Pontianak edisi bulan
Februari tahun 2008.
3.5 Pengujian Keabsahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan
akan melalui proses pengujian keabsahan data tersebut. Peneliti menggunakan
beberapa teknik dalam menguji keabsahan data-data tersebut, yaitu dengan
ketekunan pengamatan, dan triangulasi.
3.5.1
Ketekunan Pengamatan
Ketekunan atau keajegan pengamatan
dalam pengujian keabsahan data dilakukan dengan mencari secara konsisten
penelaahan dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang
konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan bertujuan menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas
dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Keseluruhan
data yang telah dikumpulkan akan diamati secara seksama dan kemudian
diidentifikasi sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
3.5.2
Triangulasi
Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang akan dilakukan yakni dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya secara teoritik seperti dosen pembimbing (Dr. Christanto Syam
dan Dra. Sesilia Seli, M.Pd), dan melalui praktisi seperti penyair, pengajar
bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, dan penyiar yang membawakan acara
bermuatan sastra (puisi). Hal ini dilakukan untuk keperluan pengecekan kembali
derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi
terjadinya penyimpangan dalam pengumpulan data, sehingga keabsahan data lebih
bersifat objektif.
3.5.3
Diskusi Teman Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara
mengekspos hasil sementara atu hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
dengan rekan-rekan sejawat. Rekan sejawat yang dipilih peneliti untuk
mengkonfirmasi hasil analisis peneliti ini adalah rekan sesama mahasiswa program
studi Bahasa dan Sastra Indonesia (Abang Mohd. Firman, Utin Mutia, dan
Nuryani). Hasil analisis yang telah diperoleh peneliti selanjutnya dikonfirmasi
oleh para rekan sejawat ini khusus mengenai irama pada puisi populer.
3.6 Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan dalam
proses menganalisis data berupa puisi-puisi karya pendengar Radio Primadona
Pontianak edisi Februari tahun 2008, sebagai berikut:
1)
Menganalisis
bunyi pada puisi populer karya pendengar Radio Primadona Pontianak edisi bulan
Februari tahun 2008 dengan mengidentifikasi macam-macam bunyi yang terdapat di
dalamnya untuk mengetahui makna puisi tersebut adalah sebagai berikut:
a.
bunyi-bunyi
vokal, dan
b.
bunyi-bunyi
konsonan;
2)
Menganalisis
kata pada teks puisi populer karya pendengar Radio Primadona Pontianak edisi
bulan Februari tahun 2008 dengan mengidentifikasi kata-kata tersebut dilihat
dari pemilihan kata, denotatif dan konotatifnya, citraan, maupun bahasa kiasan
yang digunakan, dalam upaya memperjelas makna yang meliputi tema, perasaan, dan
sikap pada puisi.
3)
Menganalisis
irama pada puisi berarti memerhatikan pertentangan bunyi atau perulangan yang
terdapat pada tiap kata-kata dalam teks puisi. Pertentangan bunyi ini meliputi:
nada (tinggi-rendah), tekanan (keras-lunak), tempo (cepat-lambat), yang
mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. Untuk
mengetahui pertentangan bunyi seperti ini pada sebuah teks puisi yang membentuk
suatu irama perlu dilakukan cara sebagai berikut:
a.
tekanan pada kata
dalam larik puisi ditandai dengan warna merah dan tekanan keras diberi tanda
(-), sedangkan tekanan lembut diberi tanda (^),
b.
nada pada kata
dalam larik puisi ditandai dengan warna biru dan nada tinggi diberi tanda (-),
sedangkan nada rendah diberi tanda (^), dan
c.
tempo pada kata
dalam larik puisi ditandai dengan warna hitam dan tempo cepat diberi tanda (-),
sedangkan tempo lambat diberi tanda (^);
4)
Setelah
puisi dianalisis berdasarkan bunyi, kata, dan irama, kemudian untuk menguji
keabsahan data, peneliti melakukan triangulasi, yakni dengan mendiskusikan
hasil analisis kepada dosen pembimbing, sehingga hasil analisis data yang
dicapai lebih objektif; dan
5)
Pada
akhirnya peneliti menyimpulkan hasil analisis data sesuai dengan masalah dalam
penelitian ini.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar