Nama : Septa Skundarian
Kelas : 4EB12
NPM : 26212921
PENGERTIAN
PERUBAHAN HARGA
Untuk memahami makna
istilah perubahan harga (changing prices), harus dibedakan antara
pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya masuk
dalam istilah perubahan harga itu.
a. Pergerakan
harga umum
Suatu perubahan harga umum terjadi
apabila secara rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian
mengalami perubahan. Unit-unit moneter memperoleh keuntungan atau mengalami
kerugian daya beli. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi
(inflation), sedangkan penurunan harga disebut deflasi (deflation).
b. Pergerakan
harga khusus
Perubahan harga khusus timbul
ketika harga barang atau jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam
permintaan dan penawaran.
MENGAPA
LAPORAN KEUANGAN DI MASA PERUBAHAN HARGA BERPOTENSI MENYESATKAN?
Selama periode inflasi,
nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jaang mencerminkan
nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah
menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih
tinggi. Nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang
dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih tinggi. Dari sudut pandang
manajemen, ketidakakuratan pengukuran ini mendistorsi:
a. Proyeksi
keuangan berdasarkan waktu historis yang belum disesuaikan.
b. Anggaran
yang menjadi dasar pengukuran kinerja
c. Data
kinerja yang gagal menahan pengaruh inflasi yang tidak terkendali.
Sebalikanya, pendapatan yang dibesarkan
dapat menimbulkan:
· Kenaikan
pajak yang sebanding.
· Permintaan
dividen lebih banyak dari pemegang saham.
· Tuntutan
kenaikan gaji dari karyawan .
· Kebijakan
yang merugikan dari pemerintah tuan rumah (misalnya yang dibebankan atas
kelebihan laba)
Kegagalan untuk
menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit
moneter juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang
dilaporkan.
Fungsi mengakui pengaruh
inflasi secara eksplisit yaitu :
a. Pengaruh
perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi
suatu perusahaan. Para pengguna tidak memiliki informasi yang lengkap mengenai
faktor-faktor ini.
b. Penanganan
masalah yang diakibatkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang
akurat atas permasalahan tersebut. Pemahaman yang akurat memerlukan kinerja
usaha yang dilaporkan dalam kondisi-kondisi yang memperhitungkan pengaruh
perubahan harga.
c. Pernyataan
manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah
dipercaya apabila kalangan usaha menerbitkan informasi keuangan yang membahas
masalah-masalah tersebut.
JENIS-JENIS
PENYESUAIAN INFLASI
Rangkaian statistik
yang bertujuan mengukur perubahan harga umum maupun khusus biasanya tidak
berjalan secara bersamaan. Tiap perubahan harga memiliki pengaruh yang
berlainan terhadap pengukuran posisi keuangan dan kinerja operasional dari
suatu perusahaan dan diterangkan menurut tujuan yang berlainan pula.
PENYESUAIAN
TINGKAT-HARGA UMUM
Jumlah mata uang yang
disesuaikan dengan perubahaan tingkat harga (daya beli) umum disebut mata uang
tetap-biaya historis atau setara daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum
disesuaikan disebut jumlah nominal. Sebagai contoh, di masa terjadinya kenaikan
harga, aset berumur panjang yang dinyatakan dalam neraca dengan biaya perolehan
awalnya disajikan dalam mata uang nominal. Jika biaya historisnya dialokasikan
untuk laba tahun berjalan (dalam bentuk beban penyusutan), maka pendapatan,
sebagai indikator daya beli, disesuaikan dengan biaya yang menunjukkan daya
beli (yang lebih tinggi) untuk tahun sebelumnya ketika aset tersebut dibgeli.
Oleh karena itu, jumlah nominal harus disesuaikan dengan perubahan daya beli
umum uang agar sebanding dengan transaksi di tahun berjalan.
PENYESUAIAN
BIAYA-KINI
Model biaya-kini berbeda dengan
akuntansi konevensional dalam dua aspek, yaitu:
a. Aset
dinilai pada biaya kininya ketimbang biaya historisnya.
b. Laba
didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu
jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan perusahaan disuatu periode
(tidak termasuk pertimbangan pajak) sambil tetap mempertahankan kapasitas
produksi atau modal fisiknya.
BIAYA
KINI DISESUAIKAN DENGAN TINGKAT-HARGA UMUM
Opsi
pelaporan ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan harga ini
menggabungkan karakteristik model tingkat-harga umum dan model biaya-kini yang
telah dibahas di paragaraf-paragraf terdahulu. Pengukuran ini, yang disebut
sebagai model biaya-kini yang disesuaikan dengan tingkat harga, menggunakan
indeks harga umum maupun khusus.
Ciri
khas dari model biaya-kini yang disesuaikan dengan tingkat harga adalah
pengungkapan perubahan biaya kini dari aset nonmoneter perusahaan setelah dikurangi
inflasi. Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset non
moneter yang melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum.
Kebijakan
akuntansi:
a.
Dasar Penyajian
b.
Komparabilitas
c.
Persediaan
d.
Aset Tetap
e.
Penyusutan
f.
Penyajian ulang ekuitas pemegang saham
g.
Defisit atas penyajian ulang ekuitas
pemegang saham
h.
Laba atau rugi dari posisi moneter
PENDEKATAN
TERHADAP AKUNTANSI INFLASI DI BEBERAPA NEGARA
Amerika Serikat
Pada tahun 1970, FASB
mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of Financial
Accounting Standards-SFAS) No. 33 Berjudul ”Pelaporan Keuangan dan Perubahan
Harga”, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang memiliki
persediaan dan aktiva tetap yang bernilai lebih dari $125 juta atau total
aktiva lebih dari $1 miliar, untuk selama lima tahun mencoba melakukan
pengungkapan daya beli konstan biaya historis dan daya beli konstan biaya kini.
Pengungkapan ini lebih bersifat melengkapi dan bukan menggantikan biaya
historis sebagai kerangka dasar untuk leporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan
penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan,
bahwa:
a. Pengungkapan
ganda yang diwajibkan oleh FSAB membingungkan
b. Biaya
untuk penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar
c. Pengungkapan
daya beli konstan biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan
data biaya kini. FASB menerbitkan panduan (SFAS 89) untuk membantu perusahaan
yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang berubah dan menjadi titik
awal untuk standar akuntansi inflasi dimasa depan.
Perusahaan pelapor
didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk 5 tahun terakhir
· Penjualan
bersih dan pendapatan operasi lainnya.
· Laba
dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
· Keuntungan
atau kerugian daya beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih.
· Kenaikan
atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah
kas bersih yang diperkirakan akan dapat dipulihkan melalui penggunaan atau
penjualan) yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari
inflasi (perubahan tingkat harga umum).
· Setiap agregat penyesuaian
translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses
konsolidasi.
· Aktva
bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini.
· Laba
per saham (dari operasi berjalan) menurut dasar biaya kini.
· Dividen
per saham biasa.
· Harga
pasar akhir tahun per lembar saham biasa.
· Tingkat
Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index-CPI) yang digunakan untuk mengukur
laba dari operasi berjalan.
Inggris
Komite Standar Akuntans
Inggris (ASC) menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 (Statement of
Standard Accounting Practice-SSAP 16) “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa
percobaan 3 tahun pada bulan Maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33 dalam
dua hal utama. Pertama, apabila standar AS mengharuskan akuntansi dolar konstan
dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode biaya kini utnuk pelaporan
eksternal. Kedua, apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba
rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik laporan laba rugi dan
neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan.
Standar di Inggris memperbolehkan tiga
pilihan pelaporan, yaitu :
a. Menyajikan
akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap
biaya historis.
b. Menyajikan
akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun
pelengkap biaya kini.
c. Menyajkan
akun-akun biaya kini sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi
biaya historis yang memadai.
Brazil
Inflasi seringkali
merupakan bagian lingkungan usaha yang diterima di Amerika Latin, Eropa Timur,
dan Asia Tenggara. Pengalaman Brazil di masa lalu dengan hiperinflasi membuat
inisiatif akuntansi inflasi bersifat instruktif. Meskipu tidak lagi diwajibkan,
akuntansi inflasi yang direkomendasikan di Brazil hari ini mencerminkan dua
kelompok pilihan pelaporan-Hukum Perusahaan Brazil dan Komisi Pengawas Pasar
Modal Brazil.
Penyesuaian inflasi
yang sesuai dengan hukum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen
dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh
pemerintah federal untuk mengukur devaluasi mata uang lokal. Aktiva permanen
meliputi aktiva tetap, gedung, investasi, beban tangguhan dan depresiasi
terkait, serta akun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi
kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal,
cadangan pendapatan, cadangan evaluasi dan akun cadangan modal yang digunakan
untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.
Penyesuaian inflasi
terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham disajikan bersih terhadap
jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah dalam laba kini sebagai
keuntungan atau kerugian koreksi moneter. Komisi Pasal Modal Brasil mewajibkan
metode akuntansi yang lain untuk perusahaan-perusahaan yang sahamnya
diperdagangkan di depan publik. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sahamnya
harus mengukur ulang seluruh transaksi yang terjadi dalam suatu periode dengan
menggunakan mata uang fungsionalnya.
INTERNATIONAL
ACCOUNTING STANDARDS BOARD (IASB)
IASB telah menyimpulkan
bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang lokal menjadi
tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi. Secara
khusus laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan pelaporan dalam mata
uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan pada kerangka penilaian biaya
historis atau biaya kini, harus disajikan ulang sesuai dengan daya beli konstan
pada tanggal neraca. Aturan ini juga berlaku untuk angka terkait dalam periode
sebelumnya. Keuntungan atau kerugian daya beli yang terkait dengan posisi
kewajiban atau aktiva moneter bersih dimasukan kedalam laba kini. Perusahaan
yang melakukan pelaporan juga harus mengungkapkan :
a. Fakta
bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah
dilakukan.
b. Kerangka
dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama yaitu
penilaian biaya historis atau biaya kini.
c. Identitas
dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya
selama periode pelaporan.
d. Laba
atau rugi moneter bersih tahun berjalan.
HAL-HAL
TERKAIT INFLASI
Para analis harus
memperhatikan hal-hal berikut saat membaca laporan yang disesuaikan dengan
inflasi:
a. Apakah
dolar konstan atau biaya kini yang lebih mengukur pengaruh inflasi.
b. Perlakuan
akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi.
c. Akuntansi
inflasi luar negeri.
d. Menghindari
fenomena kejatuhan ganda.
Laba
dan Rugi Inflasi
Laba
atau rugi atas pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan
ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan akhir, serta transaksi dalam, seluruh
aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang). Angka yang
dihasilkam diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memeandang
keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis
pendapatan yang lain. Di Inggris, keuntungan dan kerugian pos-pos moneter
dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian.
Pendekatan
di Brazil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban
kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang
dapat direalisasi.
Laba
dan Rugi Modal
Akuntansi
nilai kini membagi total laba menjadi dua kategori, yaitu laba operasi
(perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi)
dan keuntungan yang belum direlasisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva
nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi.
Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu, proyeksi arus kas
keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peraltan) bukanlah suatu keuntungan,
baik itu direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan
kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan,
aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik,
yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk
mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktifa yang dimiliki
untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat
dipasarkan, tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif.
Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kanaikan
atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat
direalisasikan) harus dinyatakan lengsung dalam laba.
Inflasi
Asing
Di
Amerika serikat, FASB berupaya untuk membahas masalah inflasi dengan mewajibkan
perusahaan pelapor yang besar untuk melakukan eksperimen dengan pengungkapan
daya beli konstan biaya historis dan pengungkapan biaya kini. FAS 89, yang
mendorong (dan bukan lagi mengharuskan) perusahaan untuk memperhitungkan
perubahan harga, masih meninggalkan permasalahan yang masih belum terselesaikan
dalam dua tingkatan. Pertama perusahaan mungkin terus mempertahankan nilai
aktiva nonmoneter berdasarkan biaya historisnya (disajikan ulang untuk
perubahan tingkat harga umum) atau menyajikan ulang berdasarkan ekuivalen biaya
kini. Kedua, perusahaan yang memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan
atas operasi luar negeri memiliki dua metode pilihan dalam mentranslasikan dan
menyajikan ulang akun-akun luar negeri dalam dolar AS.
Menghindari
Double-Dip
Ketika menyajikan ulang
laporan perusahaan yang bertempat di luar negeri terhadap inflasi di luar
negeri, seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut sebagai
kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi lokal langsung berpengaruh
terhadap kurs yang digunakan dalam translasi. Apabila teori ekonomi
mengasumsikan bahwa terdapat hubungan terbalik antara laju inflasi internal
suatu negara dan nilai eksternal mata uangnya, bukti-bukti menunjukkan bahwa
hubungan seperti ini jarang sekali bertahan (paling tidak dalam jangka pendek).
Dengan demikian, ukuran penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan
ganda akan berbeda-beda tergantung pada sejauh mana kurs dan perbedaan inflasi
berhubungan secara negatif.
SUMBER :
Frederick
D.S Choi, Gary K. Meek, International Accounting, Buku 2 Edisi 6, Penerbit:
Salemba Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar