Selasa, 08 Oktober 2013

Sinopsis Cerita Rakyat “Putri Bunga Karang”



Cerita ini sangat terkenal dari kampung halaman saya yakni Sumatera barat. Beginilah ceritanya....

Dahulu kala di Pulau Perca. Hiduplah seorang ratu yang cerdik akalnya bernama Putri Tunggal. Putri Tunggal mempunyai sifat yang pintar, baik dan bijaksana. Namun sayangnya, dibalik sifat baiknya Putri Tunggal juga mempunyai sifat yang angkuh dan sombong.
Putri Tunggal mempunyai enam orang putri yang sangat cantik. Keenam putri tersebut si sulungnya bernama Putri Nila Kesuma, Putri Embun Pagi, Putri Bunga Pandan, Putri Pati Santan, Putri Mayang Mengurai dan si bungsu bernama Putri Bunga Melur atau juga sering disebut Putri Nan Bungsu. Putri Tunggal ingin sekali setiap anaknya bisa menikah dengan raja atau pangeran yang berada di luar daerah kerajaannya, karena ia ingin memperluas daerah kekuasaannya. Tetapi keenam putrinya tidak ingin dinikahi oleh para raja dan pangeran yang tidak mereka kenal, karena keenam putri tersebut sudah memiliki pasangan masing-masing yang bernama Buyung Panjang Gombak, Nan Semok, Malin Panjang, Makhudum Puting, Bujang Sampu Kudur, Sutan Kinali atau sering juga disebut Nahkoda Muda. Keenam putri tersebut sudah mengucapkan sumpahnya kepada masing-masing pasangan mereka yaitu “lebih baik mati bunuh diri dari pada menikah dengan orang yang tidak dikenal.
Suatu hari, Sang Ratu mengirim utusan untuk mengundang raja-raja dan pangeran-pangeran dari berbagai daerah dengan tujuan menikahkan putrid-putrinya. Tidak lama kemudian raja-raja dan pangeran-pangeran tersebut datang dengan kemewahannya masing-masing, mereka antara lain Raja Cina/Campa, Raja Parsi, Raja Ruhum, anak Raja Turki, anak Raja Malaka dan anak Raja Bugis. Setelah melihat keenam calon suami mereka, para putri pun  menjadi terpesona, kecuali Putri Bunga Melur. Putri Bunga Melur berusaha mengingatkan akan janji mereka yang telah diucapkan. Namun sayang, mendengar perkataan Putri Bunga Melur mereka tertawa terbahak-bahak dan tidak menghiraukan perkataan Putri Bunga Melur tersebut. Sampai akhirnya, sang putri memutuskan untuk melarikan diri dari kerajaan dan pergi ke tempat kekasihnya yaitu Sutan Kinali atau Nahkoda Muda dengan menggunakan sebuah perahu.
Mengetahui hal itu, sang ratu pun murka dan mengucapkan sumpah kepada anaknya yang telah durhaka kepadanya yaitu apabila putri berada di daratan, maka ia akan diterkam oleh harimau yang buas, dan apabila putri berada di sungai, maka ia akan dimakan oleh buaya, serta apabila putri berada di lautan, maka ia akan ditelan oleh ombak dan terhempas ke batu karang. Setelah Putri Tunggal mengucapkan sumpahnya tersebut, Putri Bunga Melur mendapat ganjarannya. Dia terjebak di tengah lautan dan terkena badai yang sangat dahsyat, akibatnya perahu sang putri bertabrakan dengan sebuah karang. Sedangkan di istana Putri Tunggal akhirnya berhasil menikahkan kelima putrinya bersama pasangan yang telah dipilihnya tersebut.   
Keesokan harinya, putri-putri tersebut pergi bersama suaminya masing-masing. Akan tetapi, di tengah perjalanan kapal-kapal yang ditumpangi oleh kelima putrid tersebut dihantam oleh gelombang yang sangat besar. Dan mayat pun berserakan dimana-mana, namun mayat kelima putri tidak ditemukan. Kemudian setelah kejadian itu muncul bukit-bukit di seberang kerajaan dan orang-orang meyakini bahwa bukit tersebut didiami oleh roh para kelima putri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar