Selasa, 08 Oktober 2013

Sinopsis Novel “ Azab dan Sengsara ”

Bagi anda penyuka novel klasik (novel karangan lama), pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan sebuah sipnosis novel yang berjudul “Azab dan Sengsara” yang ditulis oleh Bapak Merari Siregar tahun 1920.



Di kota Siparok yang terletak di provinsi Sumatera Utara, hiduplah seorang bangsawan kaya raya yang memiliki seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anaknya yang laki-laki bernama Sutan Baringin. Dia sangat dimanja oleh ibunya. Apapun yang dimintanya selalu dipenuhi dan bila ia melakukan kesalahan, ibunya selalu membelanya. Akibatnya, setelah dewasa ia tumbuh menjadi seorang pemuda yang angkuh, bertabiat buruk, serta suka menghambur-hamburkan harta orang tuanya.
Hingga setelah dewasa Sutan Baringin menikah dengan Nuria, seorang wanita yang berbudi luhur pilihan ibunya. Namun, walaupun sudah berkeluarga, Sutan Baringin masih suka menghambur-hamburkan harta orang tuanya. Bahkan ia sering berjudi dengan Marah Sait, seorang pokrol bambu sahabat karibnya. Dari perkawinannya dengan Nuria, Sutan Baringin mempunyai dua orang anak. Yang satu adalah perempuan bernama Mariamin. Mariamin sangat baik hati, suka menolong dan patuh kepada orang tuanya.
Suatu hari  Baginda Mulia adik dari Sutan Baringin datang untuk berjumpa dengan Sutan Baringin dan keluarganya. Sebenarnya tujuan Baginda Mulia datang adalah ia ingin mengambil setengah harta warisan dari orang tuanya. Namun, karena keserakahan Sutan Baringin, ia tidak mau memberikan setengah hartanya kepada Baginda Mulia. Hingga Sutan Baringin mengajukan permasalahan ini pada pengadilan tinggi. Setelah dilakukan pengadilan, akhirnya hasil keputusan pun keluar dan ternyata Baginda Mulia menjadi pemenangnya dan ia pun berhak menerima harta tersebut. Mendengar keputusan itu, Sutan Baringin tidak terima dan melakukan banding kepada pengadilan tinggi di Padang. Setelah dilakukan pengadilan, Sutan Baringin tetap kalah dan hartnya pun sudah habis untuk membayar pengadilan tersebut. Hingga Sutan Baringin akhirnya jatuh miskin.
Kemudian ketika Sutan Baringin pulang ke kampungnya, ia pun jatuh sakit dan meningal dunia. Akhirnya Mariamin dan adiknya menjadi anak yatim di kampungnya. Mariamin  menjadi  menderita akibat tingkah laku ayahnya. Ia selalu dihina oleh warga kampung, karena hidupnya sengsara akibat keserakahan ayahnya. Namun, Mariamin tetap sabar dan tawakal kepada Tuhan serta ia juga dapat bertahan dengan adanya semangat dari sahabatnya yang bernama Aminuddin.
Setelah keduanya beranjak dewasa, mereka saling jatuh hati. Aminuddin sangat mencintai Mariamin. Dan dengan berat hati Aminuddin pergi merantau ke Deli untuk mencari pekerjaan dan berjanji kepada Mariamin akan melamarnya jika kelak nanti ia sudah mempunyai pekerjaan dan gaji yang cukup. Setiba di Deli, ia mendapat pekerjaan yang cocok dan mempunyai gaji yang cukup. Aminuddin pun menulis surat bahwa ia ingin memberitahukan niatnya untuk menikahi Mariamin kepada kedua orang tuanya.
Setelah membaca surat dari Aminuddin, Ibunya tidak merasa berkeberatan dengan niat tersebut. Dia telah mengenal Mariamin. Selain itu, keluarga Mariamin sebenarnya masih kerabat mereka. Dia juga merasa iba terhadap keluarga Mariamin yang miskin sehingga bila gadis itu menikah dengan anaknya, keadaan ekonomi keluarga Mariamin bisa terangkat lagi. Sebaliknya, ayah Aminuddin, Baginda Diatas, tidak menyetujui rencana pernikahan tersebut. Dia tidak ingin dipermalukan oleh masyarakat sekitar kampungnya karena perbedaan status sosial antara keluarganya dengan keluarga Mariamin.
          Kemudian untuk menggagalkan pernikahan anaknya dengan Mariamin, ia mengajak istrinya untuk menemui seorang peramal. Peramal pun memberikan jawabannya  dan ia menyampaikan bahwa akan terjadi hal yang buruk pada Aminuddin jika ia menikah dengan Mariamin. Setelah mendengar jawaban dari peramal tersebut, ibu Aminuddin tidak bisa berbuat banyak. Dengan terpaksa, dia menuruti kehendak suaminya untuk mencarikan jodoh yang sesuai untuk Aminuddin.
Setelah menemukan calon yang sesuai dengan keinginan mereka, orang tua Aminuddin segera melamar wanita tersebut. Pada saat itu, Aminuddin sedang berada di Medan untuk mencari pekerjaan agar dia bisa segera melamar Mariamin. Baginda Diatas segera mengirim telegram ke Medan yang isinya meminta Aminuddin untuk menjemput calon istri dan keluarganya di Stasiun Kereta Api Medan. Menerima telegram tersebut, hati Aminuddin merasa gembira. Dalam hatinya telah terbayang wajah Mariamin. Setelah ia mengetahui bahwa calon istrinya bukan Mariamin, hatinya sangat hancur. Namun sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dengan terpaksa dia menikahi perempuan tersebut. Aminuddin segera memberitahukan kenyataan itu kepada Mariamin.
Mendengar kenyataan itu, hati Mariamin sangat kecewa dan sedih. Karena sangat sedihnya, ia pun jatuh sakit. Setelah setahun, akhirnya Mariamin pun sembuh dari penyakit tersebut dan ibunya menyuruh Mariamin menikah dengan seorang lelaki yang bernama Kasibun. Kasibun seorang kerani yang bekerja di Medan. Setelah Kasibun menikah dengan Mariamin, ia mengajak Mariamin pergi ke Medan. Selama Mariamin tinggal bersama Kasibun, ia kerap kali disiksa oleh suaminya. Dan Kasibun pun semakin menjadi menyiksa Mariamin setelah ia mengetahui bahwa Aminuddin datang mengunjungi rumah mereka. Dia sangat cemburu kepada Aminuddin.  Akhirnya karena tidak tahan lagi, Mariamin melaporkan perbuatan suaminya kepada kantor polisi yang berada di Medan. Hingga Mariamin meminta cerai pada pengadilan, dan pengadilan mengabulkan permintaan Mariamin tersebut.
Setelah resmi bercerai dengan Kasibun, Dengan hati yang sedih dan hancur, Mariamin kembali pulang ke kampung halamannya  Sipirok. Kesengsaraan dan kemiskinan terus saja dialami Mariamin dengan waktu yang sangat berkepanjangan hingga akhirnya Mariamin meninggal dunia dan mayatnya dikuburkan di kampungnya sendiri, yaitu kota Sipirok. 

Sumber :
Buku Novel Azab dan Sengsara, Penulis : Merari Siregar, Penerbit Balai Pustaka 1920

Tidak ada komentar:

Posting Komentar